Keanekaragaman burung dapat dijadikan bio-indokator terhadap perubahan lingkungan yang terjadi pada habitat komunitas tersebut. Lalu bagaimana kondisi burung di kawasan urban khususnya dalam lingkungan perusahaan dengan aktifitas manusia yang cukup tinggi?
BISA Indonesia dalam program Pertamina Peduli Lingkungan melakukan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman burung di kawasan Pertamina Terminal BBM Tanjung Wangi, Banyuwangi. Kawasan ini merupakan area dengan tingkat aktifitas yang tinggi. Keberadaan manusia serta perubahan lahan yang dulunya menjadi habitat burung kemudian berubah menjadi komplek perusahaan sudah pasti akan merubah pola perilaku burung yang ada di dalam kawasan tersebut. Untuk itu, pendataan keanekaragaman jenis burung di kawasan pertamina ini dapat memberi gambaran keberadaan jenis burung yang masih bisa berasosiasi denga lingkungan perusahaan. Selain itu, hal ini juga untuk mengetahui jenis-jenis burung yang dapat memanfaatkan kawasan hijau di sekitar area perusahaan.
Bersama dengan tim yang lain, tim pengamat burung melakukan pedataan setiap jenis burung yang dijumpai di kawasan perusahaan. Data yang diamati mulai dari jenis, jumlah individu, perilaku hingga jenis pakan yang menjadi sumber makanan utama jenis burung yang ditemukan.
Total sebanyak 17 (tujuhbelas) jenis yang terdiri dari 14 (empat belas) famili burung teridentifikasi memanfaatkan area Pertamina sebagai lokasi bersarang dan mencari makan. Ini menunjukan bahwa kawasan urban dan di dalam area perusahaan yang memiliki aktifitas manusia cukup tinggi masih dapat ditemukan jenis-jenis burung yang memanfaatkan area tersebut untuk keberlangsungan hidup mereka. Burung Gereja Erasia (Passer montanus) merupakan jenis dengan dominansi cukup tinggi dibanding jenis yang lain. Keberadaan burung gereja yang melimpah bisa terjadi dikarenakan di area perusahaan masih banyak lahan terbuka berumput yang merupakan area mencari makan bagi burung ini.
Adaptasi burung terhadap perubahan lingkungan
Selain burung gereja, burung walet
juga dapat beradaptasi di kawasan terminal BBM, burung ini dapat membuat sarang diantara tower dan gedung bahkan walet linci dapat membuat sarang di gedung perkantoran sekitar kawasan. Kedua burung tersebut mempunyai tingkat sensifitas yang sangat rendah terhadap kehadiran dan aktifitas manusia. Burung jenis ini memanfaatkan bangunan untuk tempat tinggal dan bersarang. Sarang biasanya ditempelkan pada tembok bangunan, burung ini juga dikenal dengan burung urban atau burung perkotaan. Jenis lain yang menarik dan memanfaatkan kawasan ini adalah Kapasan kemiri (Lalage nigra), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Cinenen Jawa (Orthotomus sepium), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), Cekakak Sungai (Todiramphus chloris) dan Kekep Babi (Artamus leucoryn), Cabak kota (Caprimulgus affinis).
Lalu bagaimana jika ingin melihat peran kawasan terhadap pola makan dan fungsi kawasan terhada jenis-jenis burung yang ditemukan?
Berdasarkan pengelompokan jenis pakan burung didalam kawasan terminal BBM yaitu burung pemakan serangga sekitar 46 % dari keseluruhan burung yang dijumpai. Seperti halnya Burung Merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier) dan Tekukur Biasa (Spilopelia chinensis) mencari makan di rerumputan untuk mencari serangga. Burung Merbah Cerucuk berwarna coklat dan putih dengan tunggir kuning khas. Mahkota coklat gelap, alis putih, kekang hitam. Tubuh bagian atas coklat. Tenggorokan, dada dan perut putih dengan coretan coklat pucat pada sisi lambung. Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu merah jambu sering dijumpai bertengger di pohon mengintai serangga atau berlama diatas tanah rerumputan. Secara umum kawasan Terminal BBM mempunyai indeks keanekaragaman burung yang sedang sehingga diperlukan penanaman tanaman pakan untuk burung seperti tanaman yang menghasilkan nektar atau tanaman berbiji.
Saat ini, penelitian diarea-area urban seperti perkantoran mempunyai peran yang cukup penting, yang mana hasil penelitian dapat menjadi rujukan dalam pengelolaan kawasan perkantoran agar lebih ramah terhadap satwa liar yang ada. Apalagi didaerah perkotaan, “lahan hidup” satwa semakin sedikit bahkan hilang karena alih fungsi lahan. Jika pengelolaan area perkotaan bisa lebih maksimal, bukan tidak mungkin satwa liar salah satunya burung dapat terus mempertahankan kehidupannya.