Elang-ular Bawean, Elang Endemik Pulau Bawean

Bicara keunikan satwa khas pulau Bawean, banyak kalangan pasti akan menyebutkan satu jenis satwa mamalia khas pulau tersebut yakni Rusa Bawean (Axis kuhlii). Ya, sampai saat ini yang terkenal dari pulau tersebut hanya rusa bawean. Padahal, di bawean juga ada jenis elang yang di namanya tersemat nama bawean yakni Elang-ular Bawean (Spilornis baweanus). Elang-ular Bawean (Spilornis baweanus) merupakan jenis elang endemik pulau bawean yang memiliki luas sekitar 190 km persegi. Elang berukuran 46 – 51 centimeter ini merupakan jenis elang ular yang secara kasat mata serupa dengan jenis Elang-ular Bido (Spilornis cheela) yang tersebar luas di kawasan Sunda Besar. Bedanya elang-ular bawean lebih kecil dan persebarannya terbatas di pulau bawean.

Elang-ular Bawean (Spilornis baweanus), Dewasa.
Dok. JES

Seorang peneliti dari Belanda Vincent Nijman di tahun 2002 melakukan penelitian di pulau bawean selama 1 hari mendapati jumlah populasi elang ular-bawean sekitar 60 – 75 jenis. Penelitian yang dilakukan mencakup wilayah pada lima tipe habitat yang ada di pulau bawean dengan metode plot. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa elang ular bawean lebih banyak ditemukan di area yang berhutan, namun tidak ditemukan di area hutan mangrove dan wilayah pantai. Kemudian, catatan dan publikasi lainnya terkait dengan elang ular bawean dari BEKI. Catatan dalam bentuk artikel itu dapat dilihat di Javan Endemic Species Programme . Dari catatan yang di publikasi itu merupakan catatan terbaru di tahun 2014 dengan total individu yang ditemukan sebanyak 67 individu seperti yang kami kutip dibawah ini:

“Kami telah mengoleksi data mengenai elang-ular bido bawean selama 40 hari. Kami mengambil titik GPS dan mencatat berapa banyak individu yang kami amati dan kelas umur mereka. Dari total 43 pengamatan yang telah dilakukan, telah diamati sebanyak 67 individu dewasa dan 5 individu anakan elang-ular bido bawean. Sebanyak 60% elang yang diamati adalah satu invididu, 28% adalah pasangan, 5% adalah tiga individu, dan satu pengamatan mencatat satu grup yang berisi 4,5, dan 7 individu elang. Pertemuan dengan elang tersebut terjadi di semua tipe habitat kecuali di hutan rawa. Lebih lanjut, pertemuan paling banyak terjadi di bagian tengah dari pulau dan elang tidak ditemukan di area pesisir. Walaupun metode kami tidaklah sistematik, kami akan terus mengumpulkan data karena masih sedikit hal yang kita ketahui dari burung ini”.

Baca juga: Dua Ekor Elang Dilepas-Liarkan Di Kulonprogo


Elang-ular Bawean (Spilornis baweanus), Remaja.
Dok. JES

Burung-burung yang statusnya endemik rata-rata hanya memiliki jumlah populasi yang sedikit dengan wilayah persebaran yang terbatas. Sama halnya dengan elang ular bawean ini. Menjadi khas karena di wilayah sunda besar hanya ditemukan di pulau bawean. Burung khas kepulauan yang masuk wilayah Kabupaten Gresik sudah sejak lama dipercaya oleh masyarakat pulau bawean sebagai burung pemanggil hujan. Mengapa demikian? Elang-ular bawean sama seperti dengan jenis elang lainnya yang akan terbang berputar (soaring) ketika udara panas yang dihasilkan dari uap air atau panas bumi (thermal) yang naik dari permukaan bumi itu meningkat. Elang akan memanfaatkan kondisi alam itu. Dari fenomena itu masyarakat bawean meyakini bahwa elang sedang menari di langit untuk memanggil hujan.

Status Keterancaman dan Konservasi

Melihat kondisi habitat dan jumlah populasi yang terbatas, jenis ini diusulkan masuk ke dalam kategori Genting atau Critically Endangered oleh Vincent Nijman ke IUCN Red List yakni badan konvensi dunia untuk Konservasi Flora dan Fauna. Selain itu, jenis ini juga diusulkan menjadi jenis tersendiri, bukan bagian anak jenis dari Elang-ular Bido mengingat tingkat persebaran yang terbatas dan morfologi yang lebih kecil jika dibanding dengan elang ular bido pada umumnya. Ancaman terbesar jenis ini adalah berkurangnya habitat untuk perkebunan dan penggunaan pestisida yang tidak terkontrol dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan perkembangbiakan jenis ini. Status kawasan pulau bawean sebagai Cagar Alam diharapkan dapat turut serta menjadi penyelamat jenis ini dari kepunahan mengingat jumlah populasi yang sangat sedikit yakni di bawah 100 ekor. Kegiatan upaya konservasi dan pelestarian terhadap elang ular bawean diharapkan akan dapat meningkatkan populasi jenis ini di alam.

Baca juga: Asian Waterbird Census Banyuwangi

Pulau Bawean

Pulau Bawean (wikipedia)

Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif sejak tahun 1974, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur dimana tahun sebelumnya sejak pemerintahan kolonial pulau Bawean masuk dalam wilayah Kabupaten Surabaya. Belanda (VOC) masuk pertama kali ke Pulau ini pada tahun 1743.
Bawean memiliki 2 kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Jumlah penduduknya sekitar 70.000 jiwa yang merupakan pembauran beberapa suku yang berasal dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan,Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi pekerja di Malaysia dan Singapura, sebagian besar di antara mereka telah mempunyai status penduduk tetap di negara tersebut, selain di kedua negara itu penduduk bawean juga menetap di Australia dan Vietnam. Etnis mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, dan suku-suku lain misalnya Suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Mandailing, Banjar dan Palembang. Bahasa pertuturan mereka adalah bahasa Bawean. Bukannya bahasa Madura seperti yg dimaklumkan sebelum ini. Di Malaysia dan Singapura, penyebutan suku ini berubah menjadi Boyan. Mereka menyebut diri mereka orang Boyan, maksudnya orang Bawean.

Translate »