Dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat dan mengelola Kawasan Wisata Bangsring Under water (BUNDER), BISA Indonesia mengadakan diskusi bersama pengelola BUNDER tentang pengelolaan pesisir pada tanggal 29 Januari 2019. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Pertamina Peduli Lingkugan khususnya Pertamina TBBM Tanjung Wangi.
Dengan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pesisir ini diharapkan akan menjadi bekal bagi masyarakat agar lebih mengerti berbagai persoalan di kawasan pesisir dan penanganannya. Sehingga, kedepan masyarakat menjadi lebih mandiri dalam mengelola kawasan Laut Bangsring. Dalam kegiatan ini BISA Indonesia menghadirkan Mas Akbar Aryo Digdo dari YAPEKA sebagai narasumber. Mas Akbar merupakan salah satu praktisi yang bergerak dibidang pendampingan dan pengembangan masyarakat pesisir di Indonesia. Keberhasilannya bersama YAPEKA dalam mendampingi masyarakat pesisir di Sulawesi Utara dan NTT menjadi bahan sharing dan diskusi bersama masyarakat. Diskusi ini dilaksanakan di Sekretariat BUNDER dan di hadiri oleh kurang lebih 25 orang peserta yang merupakan pengelola Wisata BUNDER dan mahasiswa UNDIP (Universitas Diponegoro, Semarang) yang sedang melaksanakan tugas magang di BUNDER. Berlangsung sejak pukul 20.00 WIB, diskusi diawali dengan perkenalan dan ramah tamah dan perkenalan khususnya dari kelompok masyarakat tentang sejarah BUNDER dan perkembangannya hingga saat ini.
Semakin malam diskusi menjadi semakin menarik setelah narasumber banyak menampilkan berbagai model pengelolaan wilayah pesisir yang sudah beliau lakukan di tempat lain seperti di Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara. Berbagai video yang ditampilkan juga menambah minat masyarakat untuk lebih banyak berdiskusi. Pengelolaan kolaboratif antar pengelola/ masyarakat pesisir menjadi topik utama yang dibawakan narasumber. Pentingnya pengelolaan kolaboratif antar desa untuk menuju pengelolaan pesisir yang kuat masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Banyuwangi. Pengelolaan pesisir di Banyuwangi masih dilakukan secara terpisah antar wilayah dan desa, sehingga kondisi antara satu dengan yang lain terlihat sangat jauh dari sisi pengelolaannya. Selain itu, pengelolaan laut Banyuwangi yang sudah masuk dalam dokumen RZWP3K Provinsi Jawa Timur juga akhirnya tidak tertindaklanjuti dengan baik.
Selain pengelolaan pesisir, masalah seperti masih adanya penggunaan bom ikan menjadi salah satu hal yang dibahas dalam diskusi ini. Penegakan hukum bagi beberapa oknum yang masih menggunakan hukum masih sangat rendah, sehingga masyarakat kesulitan untuk menanggulanginya. Hal ini menjadi permasalahan pelik bagi masyarakat Bangsring yang sudah melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian ekosistem lautnya. Semoga kedepan, pihak-pihak terkait bisa lebih proaktif lagi untuk membantu masyarakat Bangsring mensikapi beberapa oknum yang masih menggunakan bom, meskipun jumlahnya sangat sedikit bisa dihitung dengan jari tangan.
Kegiatan kali ini ditutup dengan brieving kegiatan berikutnya untuk melihat potensi kawasan laut Bangsring yang akan dilakukan keesokan harinya. Kegiatan dilakukan di area BUNDER dan Pulau Tabuhan.